Jumat, 22 Mei 2009

limnologi3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal tentang perairan daratan, yang mencakup pengetahuan tentang factor-faktor abiotik serta interaksi yang terjadi diantaranya. Perairan daratan adalah suatu badan air yang ada didaratan atau yang masih berhubungan dengan daratan, termasuk danau, waduk, rawa, suatu dan bahkan estuary.
Perairan waduk adalah badan air terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Kehadiran suatu waduk menubah ekosistem daratan menjadi perairan, yang akibatnya akan merubah pula tatanan sosial ekonomi dan budaya yang telah ada (Jorgensen, 1980).
Sumanjaya (1975), mengemukakan bahwa danau atau waduk yang produktif akan memperlihatkan warna kuning, abu-abu ataupun coklat yang disebabkan oleh bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik dibutuhkan oleh hewan-hewan air untuk kehidupannya. Danau maupun waduk kurang produktif cendrung mengarah warna biru dan hijau.
Untuk mengetahui apakah terdapat suatu keseimbangan antara factor biologi dan habitatnya, yaitu organisme dengan factor-faktor fisika kimia disuatu perairan, diperlukan pengetahuan tentang ukuran dari factor-faktor tersebut secara kualitatif dan kuantitatif.
Asdak (2002) menyatakan bahwa terjadinya perubahan karakteristik fisik, biologi dan kimia suatu perairandalam hal ini dikenal sebagai perubahan kualitas airdapat disebabkan oleh pemanfaatan lahan DAS dan pencemaran air dapat berasal dari daerah yang tidak dikenal secara pasti (non point source) dan pencemaran perairan yang berasal dari tempat yang diketahui secara pasti (point source).
Beberapa factor lingkungan penentu perairan dipengaruhi pengelolaan dan kelangsungan hidup, berkembang biak, pertumbuhan atau reproduksi organisme akuatik dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Sifat fisika meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, muatan tersuspensi. Sifat kimia meliputi Ph oksigen terlarut, dan karbondioksida bebas.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Praktikum kali ini bertujuan menganalisa dan mengenal parameter apa saja yang menjadi penentu ukuran kualitas dari suatu perairan, terutama pada peraira yang sudah ditentukan sebagai lokasi praktikum. Sedangkan manfaatnya agar para praktikan dapat menghitung nilai dari parameter fisika dan kimia dari perairan tersebut.











BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, Konduktivitas, Kecerahan, Alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Plankton dan Benthos) Sihotang (2006). Suhu air dipengaruhi komposisi substrat, kecerahan, kekeruhan, air tanah dan pertukaran air, panas udara akibat respirasi dan naungan dari kondisi perairan tersebut.
Kecerahan suatu perairan menentuan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002)
Novotny dan Olem, 1994 (dalam Effendi, 2003) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. niali pH sangat mempaengaruhi proses biokomia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Sedangkan menurut Haslam, 1995 (dalam Effendi, 2003) menambahkan bahwa pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertolerensi terhadap pH rendah.
Arus adalah pergerakan massa air secara horizontal yang disebabkan oleh angin yang bertiup terus menerus dipermukaan dan perbedaan densitas air. (Sidjabat, 1976). Menurut Hadikusumah (1988) menyatakan sistem arus atau pola sirkulasi merupakan salah satu aspek dinamika air yang sangat penting karena berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Misalnya terdapat sebaran biologi, kimia, polusi, dan sedimen.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu air. Kelarutan oksigen dalam air akan berkurang dari 14,74 mg/l pada suhu 0 0C menjadi 7,03 m/l pada suhu 35 0C. dengan kenaikkan suhu air terjadi pula penurunan kelarutan oksigen yang disertai dengan naiknya kecepatan pernapasan organisme perairan, sehingga sering menyebabkan terjadinya kenaikkan kebutuhan oksigen yang disertai dengan turunnya kelarutan gas-gas lain di dalam air.
Peningkatan suhu sebsar 1 0C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan organik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol. Brown dalam Effendi (2003).
Derajat keasaman (p) perairan mempengaruhi daya tahan organisme, dimana p yang rendah akan menyebabkan penyerapan oksigen oleh organisme akan terganggu. (pennak, 1973)
Karbondioksida bebas dalam perairan berasal dari proses respirasi organisme air, proses pembusukan bahan-bahan organik dan difusi dari udara. Selanjutnya dikatakan bahwa kandungan karbondioksida diperairan erat hubungannya dengan nilai pH. (Boyd, 1979).
Kasry (1995) mengemukakan bahwa tingginya tingkat CO2 bebas dalam air dihasilkan dari proses perombakan bahan organic dan mikroba. Kadar karbondioksida bebas yang dikehendaki tidak lebih dari 12 mg/l dan kandungan terendah adalah 2 mg/l. Kandungan karbondioksida bebas diperairan tidak lebih dari 25 mg/l dengan catatan kadar oksigen terlarut cukup tinggi.


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksakan pada tanggal 16 November 2007, pukul 14.00 – 16.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di lapangan tepatnya di Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan dianalisis kembali di Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat
Pada praktikum limnologi ini alat- alat yang digunakan adalah thermometer untuk mengukur suhu, pinggan seichi untuk mengukur kecerahan dan kekeruhan perairan, meteran untuk mengukur kedalaman, dan kertas idikator untuk mengukur pH.

3.3 Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah metode pengamatan secara langsung terhadap objek di waduk Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru. Sedangkan pengolahan data dilakukan di laboratorium Limnologi.

3.4 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum analisis kualitas air ini adalah menentukan lokasi pengamatan lalu diukur parameter fisika kimianya, dicatat dan dibawa kelaboratorium untuk dianalisa.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Kecerahan Air
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang tembus cahaya dan visible untuk 8untuk mata pada umumnya. Pengukuran kecerahan digunakan alat yakni pinggan seichi (Seichi disk).
Batas terlihat = 60 cm (b)
Batas tidak terlihat = 110 cm (a)
Jadi kecerahan air = a + b
2
= 110+ 60
2
= 85 cm

b. Suhu Udara dan Air
Tinggi rendahnya suhu air dipengaruhi oleh proses fisik yang berlangsung dalam air maupun atmosfer disekitarnya. Pengukuran suhu udara dan air dilakukan dengan menggunakan thermometer raksa dengan pengukuran suhu perairan waduk yaitu suhu air = 330 C, suhu udara = 270 C.
c. Derajat Keasaman (pH) Air
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat kertas pH meter, hasil yang didapat pada pengukuran yaitu pH 6.
d. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan diukur dengan menggunakan tali yang diberi pemberat, dan tali tersebut diberi tanda sebagai petunjuk panjang (ukurannya) kemudian ditenggelamkan keperairan. Dan didapat hasil bahwa kedalaman perairan yaitu 97 cm.
e. Warna Perairan
Warna dari perairan yang diamati yaitu berwarna coklat bening.
f. Oksigen Terlarut Air (DO)
Ini dilakukan dilaboratorium, hasil yang didapat setelah percobaan yaitu 6,8 -7,2 mg/l, hal ini dapat dikatakan kondisi dari perairan tersebut bagus dan cukup oksigen.
g. Karbindioksida (CO2) bebas
Setelah melakukan percobaan dapat diperoleh hasil 23 mg/l, ini berarti kondisi perairan pada saat itu kurang bagus.
h. Alkanitas Air
Alkalinitas adalah kapasitas kuantitatif dari suatu sample air untuk menetralisasi suatu asam sampai pH yang ditentukan.
Alkalinitas air : 0,51 x 300 mg/l = 153 mg/l
Alkalinitas total : 0,14 x 300 mg/l = 42 mg/l
i. Konduktivitas
Dri percobaan yang telah dilakukan didapat nilai konduktivitas perairan waduk 10 mikrohos/cm.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum parameter fisika dan kimia suatu perairan dilakukan dengan menggunakan alat masing-masing yang fungsinya berbeda-beda. Pada pengukuran suhu digunakan thermometer raksa yang dicelupkan kedalam perairan yang kondisi awal thermometer pada posisi 0 oC. Pada pengukuran kedalaman digunakan tali yang telah diberi pemberat yang ditenggelamkan kedasar perairan, kemudian diukur panjang tali yang tercelup air sampai pangkal tali yang menyentuh dasar perairan.pada pengukuran kecerahan digunakan alat berupa seichi disk yang dicelupkan keperairan dan dilihat jarak tampak dan jarak hilang seichi disk diperairan.
Pada pengukuran parameter kimia digunakan bahan larutan kimia. Pada pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan mengambil air sample dengan menggunakan botol BOD tanpa adanya gelembung udara didalam air sample kemudian ditambahkan 1 ml larutan KI Alkaline dan 1 ml mangan sulfat dikocok hingga endapan hilang kemudian dipindahkan kedalam elemeyer bervolume 100 ml dan titrasi dengan tiosulfat kemudian teteskan 2-3 tetes larutan amilum lalu titrasi dengan tiosulfat dan catat banyak larutan titrasi yang habis hingga warna biru tua hilang lalu masukkan kedalam rumus.
Pada pengukuran karbondioksida bebas dilakukan dengan mengambil sample air dengan botol BOD kedap gelembung udara, lalu air sample dimasukkan kedalam botol elemeyer sebanyak 100 ml, kemudian tambahkan 3-4 tetes indicator pp selanjutnya ditambahkan natrium karbonat sehingga air berunah warna merah jambu. Kemudian hitung banyaknya natrium karbonat yang habis.
Pada pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas indicator pH yang dicelupkan diperairan selama beberapa saat kemudian tentukan besar pH dengan perbandingan warna kertas dengan tabel warna penentu besar pH.





BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengmatan dan percobaan mengenai kondisi perairan yang dilihat dari perameter fisika dan kimia, dilihat dari kadar oksigen terlarut perairan ini baik untuk untuk tumbuhnya mikroorganisme, tetapi dilihat dari kadar karbondioksida bebasnya, perairan ini kurang baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.

5.2 Saran
Sebaiknya laboratorium menyediakan alat dan bahan yang cukup dan layak untuk digunakan. Tidak seperti praktikum minggu lalu yang sebagian bahan rusak sehingga praktikan tidak dapat melihat hasil pengamatan yang pasti.













DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta, 618 hal.

Boyd, C. E., 1979. Water Quality Management in Pound Fish Culture. Aquacultural Experiment Station, Auburn University, Auburn, 359 pp.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanius. Yogykarta. 258 hal.

Hadikusumah, P.1988. Kondisi Arus Pasang Surut di Perairan Ujung Watu Jepara dalam Proseding Seminar Ekologi Laut dan Pesisir I. Puslitbang LIPI dan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI).

Jorgensen, S. E. 1980. Lake Management. Pergamon Press. Oxford. 167 p.

Kasry, A., 2002. Diktat Pengantar Perikanan Dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 136 hal.
Pennak, 1973. Fresh Water Invertebrates of United States. The Ronald Press. New York, 769 pp.
Sidjabat,M.M., 1976. Pengantar Oceanografi, Fakultas Perikanan Institute Pertaniaan Bogor, Bogor.
Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 26 hal.

Sumanjaya, K.,1975. Limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Bogor, 95 hal.

Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 51 hal. (tidak diterbitkan).
















LAMPIRAN







Lampiran1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum



Serbet Tali rafia




Pena Pensil



Penghapus Penggaris




Buku penuntun praktikum Seichi disk



Termometer Kertas indikator


LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI



ANALISIS KUALITAS AIR 1
PARAMETER FIS-KIM








OLEH :

HADRA FI AHLINA
0604113469










LABORATORIUM LIMNOLOGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2007
KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Limnologi ini dengan baik.
Penulis mengucapkan termakasih kepada dosen Penanggung jawab mata kuliah Limnologi serta para asisten yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun mungkin masih banyak kekurangan dan kehilafan didalamnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan penulis demi kesempurnaan laporan ini.


Pekanbaru, 20 November 2007



HADRA FI AHLINA







DAFTAR ISI



Isi Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan manfaat Praktikum 2

II. TINJAUAN PUSTAKA
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat 5
3.2 Bahan dan Alat 5
3.3 Metoda Praktikum 5
3.4 Prosedur Praktikum 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 6
4.2 Pembahasan 7

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 9
5.2. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN










DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum 12

laporan

I. PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang

Limnologi merupakan ilmu dari perairan umum, berhubungan seluruh faktor yang mempengaruhi populasi yang hidup didalam perairan itu. Tidak benar menyatakan bahwa limnologi adalah sebagai kajian perairan tawar karena pada daerah kering, genangan yang ada sungguh beragam.
Sumber bahan organik di dalam perairan (waduk) berasal dari eksternal (allochtonous) maupun internal (autochtonous). Sumber bahan organik yang berupa allochtonous berasal dari sumber titik di drainase basin, non pointsources dan land usage (Rydingdan Rast, 1989). Selanjutnya Vollenweider(1968) dan Ahl (1973) dalam Landner (1976) menyatakan sumber eksternal dapat berupa run off permukaan, agricultural and forest drainage, atmosfir,urban run off, buangan domestik dan buangan dari limbah industri.
Di waduk Ir.H. Juanda allochtonous tergantung dari aktivitas di daerah aliran sungai serta run off derah-daerah sekitarnya, masukan kewaduk berasal dari aktivitas pertanian di sekitarnya.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air : 1. dibagian sungai yang relatif lurus, 2. jauh dari pertemuan cabang sungai 3. tidak ada tumbuhan air, 4. aliran tidak turbelenl, 5. aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Penuntun Praktikum Limnologi).
Beban masukkan internal adalah bahan organik yang dihasilkan oleh sirkulasi nutrien di perairan (waduk). Regenerasi nutrient dari biot yakni ekskresi alga, zooplankton, dan ikan secara langsung kelapisan trofogenik adalah suplai nutrient yang penting untuk fitoplankton, juga dekomposisi bahan organik olehbakteri di kolom air (Silvey dan Roach, 1964 dalam Landner, 1976). SelanjutnyaLiaw (1993) menyatakanpencampuranpadakolom air selain menyebabkan pertukaran oksigen hipolimnetik juga pertukaran nutrient dari permukaa air.Nutrien inorganic oleh ekskresi atau pembusukan detrital dibawah lapisanmixed di difusi dengan laju yang lambat ke atas melewati termoklin
Perikanan umumnya tidak mengkonsumsi air, tapi sangat memerlukan kondisi kualitas dan kuantitas air tertentu, termasuk perlindungan lingkungan dan kelestarian fungsi sumberdaya flora dan fauna yang terdapat dalam air. Kualitas air secara luas dapat diartikan secara fisik, kimiawi dan biologis yang mempengaruhi manfaat penggunaan bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Boyd, 1979).

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum limnologi yang berjudul “Pengukuran Debit air” ini adalah mengetahui besarnya debit air yang ada di waduk FAPERIKA.
Sedangkan Manfaat praktikum ini adalah dapat mengetahui besarnya debit air di waduk Faperika yang analisis di laboratorium.

II. TINJAUAN PUSTAKA



Air adalah zat yang mengelilingi semua organisme dan merupakan bagian-bagian terbesar pembentuk tumbuh-tumbuhan dan binatang air (Nybakken, 1982). Kualitas air dan kuantitas air suatu perairan yang sangat dipengaruhi parameter fisika, kimia, biologi (Bishop, 1973).
Waduk biasanya dibentuk dengan membangun dam melintasi sungaisehingga air bendungan berada dibelakang dam (Ryding dan Rast, 1989). Biasanya waduk memiliki drainase basin, kedalaman rata-rata, kedalaman maksimum, luas beban perairan yang lebih besar dibanding danau, tetapi dengan waktu tinggal yang lebih pendek dibanding danau.
Berdasarkan sifat fisik, kimia dan biologinya waduk dibagi menjadi tiga zona yaitu zona mengalir (riverin), transisi dan tergenang (lakustrin) (Thornton et al.,1981 dalam Thornton et al.,1990). Bentuk gradien longitudinal perairan waduk. secara umum dibagi dalam zona mengalir (riverin), zona transisi,dan zona tergenang (lakustrin). Zona mengalir di sumber air utama bervariasi tergantung dari tinggi rendahnya elevasi air (tergantungmusim).
Menurut Sukimin (1999). pada saat elevasi air rendah, zona mengalir disumber air utama. Pada saat elevasi air tinggi Zona lakustrin terletak di kawasan waduk. Pada umumnya zona mengalir cenderung mempunyai arus yang cukup deras, waktu tinggal (residence time) pendek, ketersediaan hara tinggi (allochtonous),serta penetrasi cahaya minimal dan umumnya membatasi produktivitas primer. Lingkungan aerobik karena zona ini umumnya dangkal dan teraduk dengan baik,meskipun degradasi bahan organik membutuhkan oksigen yang signifikan.
Sukimin (1999) menyatakan pola arus perairan waduk Ir. H. Juanda sangat dipengaruhi oleh gerakan angin. Pada musim yang berbeda terdapat kecenderungan pola sebaran arus yang berbeda baik pada lapisan permukaan(1.0 m), tengah (10.0 m) dan dekat dasar (30.0 m). Pada musim kemarau, aruspermukaan bergerak dari zona mengalir ke arah zona lakustrin menuju Dam dengan kecepatan arus berkisar 0.07 − 0.17 m/detik.
Pengaruh pola arus (kecepatan dan arah) yang terjadi di waduk sangat nyata terhadap beberapa hal seperti faktor fisika (sedimentasi), kimia (kandungan bahan organik) dan biologi (fitoplankton). Sementara pengaruh arus terhadap faktor biologi misalnya dapat dilihat bahwa semakin jauh dari sungai ,kelimpahan dan biomassa fitoplankton semakin tinggi Noryadi (1998).
Kualitas air ditentukan banyak faktor yaitu : zat terlarut, zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup khususnya jasad renik. Air murni yang tidak mengandung zat terlarut tidak baik untuk kehidupan kita (U.N Mahida, 1993)






.








III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul “Pengukuran Debit Air” dilaksakan pada hari Rabu tanggal 27 November 2008 pukul 14.00 – 16.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di lapangan tepatnya di waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan dan dianalisis kembali diLaboratorium Limnologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat
Pada praktikum limnologi ini alat- alat yang digunakan adalah meteran diperlukan untuk mengukur jarak titik pertama dan kedua, tali plastik untuk menentukan jarak dan lebar penampang, bola pimpong untuk menentukan kecepatan arus, stopwatch untuk mengukur waktu yang diperlukan, pena untuk menulis, pinsil menggambar, penggaris untuk mengukur ke dalaman, dan buku penuntun untuk membantu praktikan dalam praktikum.

3.3 Metode Praktikum
Praktikum limnologi yang berjudul pengukuran debit air dengan metode Float Method dan Metode Weir (Rectangular), yaitu dengan melakukun kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung dilapangan.


3.4 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur pelaksanaan praktikum limnologi ini adalah : menentukan lokasi yang akan di ukur debit airnya tepatnya waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Kemudian ukur tali plastik sepanjang 5 m sebanyak 2 kali, pegang tali plastik tersebut sebagai panjang dan lebar, bola pimpong dihanyutkan. Selanjutnya ukur waktu dan jarak yang di tempuh bola pimpong, lalu ukur lebar, kedalaman pada 3 titik untuk mencari kedalaman rata-rata. Smua ukuran dijadikan ke dalam meter (m). setelah itu hitung luas dengan menggunakan rumus debit air di laboratorium.



























IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Dari praktikum Pengukuran debit air yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1. Emboys Float Method
Diketahui :
Jarak ( L ) = m konstanta perairan (A) =
Rata-rata lebar ( W ) = cm waktu (detik) =
= m
Rata-rata kedalaman ( D ) = cm
= m

Maka besar debit air ( R )
R =
=
=

4.1.2. Metode Weir (Rectangular Weir)
Diketahui :
L =
H =
Q = 0,33 (L-0,2 H)
























4.2 Pembahasan
Davis (1955) mengatakan bahwa setiap perairan terdapat perkembangan yang dinamis sehingga suatu spesies dapat lebih dominan dari pada yang lain pada interval yang rel;atif pendek sepanjang tahun. Spesies yang dominan pada suatu bulan sering kali menjadi spesies yang langka pada bulan berikutnya digantikan oleh spesies yang lebih dominan.
Bronmark dan Hanson (1998) menyatakan bahwa penyerapan cahaya pada suatu badan air yang sama akan berkurang, dalam arti bahwa cahaya akan berkurang dalam jumlah yang sama pada setiap bertambahnya kedalaman.
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan denga menspesifikasi tiga parameter berikut, yaitu : Lokasi titik nol dari sistem koordinat, orientasi dari sistem koordinat, dan besaran (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut (Abidin, 2000)
Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifikasikan lebih lanjut dan bergantung pada spesifikasi parameter yang digunakan maka dikenal beberapa jenis sistem koordinat. Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem koordinat ini dapat dilihat di (Krakiwsky Dan Well, 1994). Suatu penspesifikasian sistem koordinat dibagi dalam tiga pengklasifikasian berdasarkan parameternya yaitu : Lokasi titik 0, geosentrik (dipusat bumi), toposentrik (dipermukaan bumi), lokasi titik 0, terikat bumi (Earth fixed), terikat langit (Space fixed), lokasi titik 0, jarak (kartesean X, Y, Z), geodetis (q, h)
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa setiap perairan terdapat perkembangan yang dinamis sehingga suatu spesies dapat lebih dominan dari pada yang lain pada interval yang relatif pendek sepanjang tahun. Spesies yang dominan pada suatu bulan sering kali menjadi spesies yang langka pada bulan berikutnya digantikan oleh spesies yang lebih dominan. Pada praktikum dengan judul pengukuran debet air ini dilakukan pengamatan secara langsung turun ke lapangan atau sungai, seluruh anggota kelompok turun ke sungai untuk melakukan pengamatan terhadap debet air.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum semestinya praktikan memperhatikan penjelasan dengan seksama agar praktikum berjalan dengan baik. Pada setiap praktikum hendaknya pengamatan diawasi oleh setiap pembimbing kelompok agar pelaksanaan praktikum berjalan dengan baik dan hasil yang di dapatkan lebih tepat karena adanya bantuan dari pembimbing.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penulis ingin mengetahui survey dan teknik pemetaan dengan menggunakan kompas untuk mengamati waduk/danau buatan yang diperlukan bagi pengembangan survey dan pemetaan wilayah danau ataupun waduk pada umumnya yang dapat menunjang kebutuhan penelitian.

Survey dan pemetaan keadaan lokasi waduk adalah usaha dan kegiatan untuk mengumpulkan data kondisi lingkungan. Kondisi yang disajikan melalui peta memberikan gambaran yang jelas mengenai panjang maksimum (P), lebar maksimum (L), luas area (A), lebar rata-rata (L), kedalaman maksimum (dm), kedalaman rata-rata (d), volume (V), keliling/garis pantai (K), pengembangan garis pantai (Kp), dan kurve hisografik serta kurve kedalaman-volume.

Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terjadi akibat pembendungan air atau sungai dan bersifat bukan alami. Pembendungan aliran air ini berlangsung melalui pembangunan dam pada suatu aliran air, sehingga akan mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem perairan mengalir (lotik) menjadi perairan tergenang (lentik).

. Untuk dapat memanfaatkan, mengelola dan melestarikan potensial sumber daya danau buatan atau yang dikenal dengan waduk maka penyediaan data inventarisasi kekayaan danau buatan dan peta waduk diperlukan bagi perencanaan yang cermat serta pelaksanaan yang efektif dan efisien.

1.2 Tujuan Praktikum.

Adapun tujuan pelaksanaan praktikum limnologi yang berjudul “Pemetaan dan Morfometrik Perairan Lentik” ini adalah mengetahui penentuan posisi dan keadaan waduk dengan menggunakan kompas untuk kemudian menggambarkan koordinat yang didapat dalam bentuk peta. Dan manfaat praktikum ini adalah mengetahui penentuan posisi untuk memudahkan penemuan kembali titik yang telah ditentukan serta memudahkan pengeplotan area kedalam peta untuk keperluan analisis keruangan.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum ini adalah mengetahui penentuan posisi untuk memudahkan penemuan kembali titik yang telah ditentukan serta memudahkan pengeplotan area kedalam peta untuk keperluan analisis keruangan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Perairan waduk berdasarkan bentuknya diklasifikasikan atas tipe danau (lake type), tipe sungai (river type), dan tipe bercabang (multiple branched type) (Hadiwigeno, 1990). Pembangunan waduk serbaguna diperuntukkan bagi keperluan pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, dan sebagai penampung air yang digunakan untuk konsumsi saat musim kemarau. (Jorgensen, 1980)

Umumnya ciri-ciri danau buatan ini adalah adanya fluktuasi tinggi permukaan air dan tingginya turbiditas air (Koesoebiono, 1997), selanjutnya Siagian (1997) mengemukakakan bahwa pada waduk terjadi fluktuasi air masuk dan air keluar sehingga ada pergantian nutrien yang menyebabkan produksi primer pada waduk lebih besar dibandingkan dengan danau.

Waduk atau Danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran air bukan alami (man made lake) pembendungan ini dapat mengubah ekosistem perairan mengalir (lotik) menjadi ekosistem perairan tergenang (lentik) yang akan mempengaruhi kehidupan biota asal (Sihotang, 1988). Selanjutnya menurut Peraturan Pemerintah No 35 tahun 1991 tentang sungai yang dimaksud dengan waduk adalah wadah air yang terbentuk akibat dibangunnya bangunan bendungan dan bentuk pelebaran alur/ badan dan palung danau.(Presiden RI, 1991).

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari “Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System”, sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus. Dalam segala cuaca, ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan imnformasi mengenai waktu secara kontinu diseluruh dunia. Arsitektur dari sistem GPS disetujui oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1973. Satelit yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1978, dan secara resmi sistem GPS dinyatakan operasional pada tahun 1994. Biaya pembangunan sistem

Perbandingan antara jarak sebenarnya dengan ukuran pada peta yang biasa disebut dengan skala, secara lebih jelas didefinisikan Takasaki (1983) sebagai besarnya reduksi yang diambil untuk peta yang dibuat, terhadap areal permukaan bumi yang sesungguhnya.

Rawi (1993) menyatakan bahwa ciri khas survey dan pemetaan adalah dikumpulkannya data yang lebih lengkap sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai suatu perairan waduk atau danau dan lingkungannya.

Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat tersebut mempresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinatkoordinat (Rockville dalam Prahasta 2002).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum yang berjudul “Pemetaan dan Morfometrik Perairan Lentik” dilaksakan pada tanggal 16 November 2006, pukul 08.30 – 10.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di lapangan tepatnya di Waduk Fakultas perikanan dan ilmu kelautan dan dianalisis kembali diLaboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Pada praktikum limnologi ini alat- alat yang digunakan adalah kompas yang kegunaannya adalah untuk menentukan arah suatu objek terhadap utara magnetis bumi, alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam pelaksanaan praktikum pemetaan dan morfometrik perairan lentik, meteran diperlukan untuk mengukur jarak titik pandang pertama dan kedua, tali plastik dan planimeter. Kompas dan tali plastik telah ditentukan agar dibawa oleh praktikan sedangkan alat lainnya disediakan oleh asisten.

3.3 Metode Praktikum

Praktikum limnologi yang berjudul pemetaan dan morfometrik perairan lentik ini dilakukan dengan metode survey, yaitu dengan melakukun kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung dilapangan.

3.4 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur pelaksanaan praktikum limnologi ini adalah : menentukan lokasi yang akan disurvey tepatnya waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan, kemudian menentukan titik pandang pertama dan kedua dengan jarak 5 meter, selanjutnya menentukan 8 titik pengamatan pada lokasi dimana dilakukannya survey oleh asisten yang ikut turun kelapangan, membaca besar derajat yang ditunjukkan oleh kompas setelah mengarahkannya kepada 8 titik pengamatan yang telah ditetapkan secara berturut-turut dimulai dari titik pengamatan pertama yang kemudian dilanjutkan ke titik pengamatan kedua. Setelah besar derajat didapat dari titik pengamatan pertama dan kedua pekerjaan selanjutnya adalah menggambarkan derajat tersebut kedalam kertas sebagai data sementara untuk keperluan analisis kembali diruangan.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari praktikum pemetaan dan morfometrik perairan lentik yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel hasil pengamatan praktikum limnologi

Titik Pandang

Titik Pengamatan I

Titik Pengamatan II

1

1300

1200

2

1450

1450

3

1600

1690

4

1840

1750

5

2100

2000

6

2300

2250

7

2550

2460

8

2630

2550

Pada pemetaan ini menggunakan skala 1 : 500, dengan jarak sebenarnya 5 m dilapangan. Dan sisi kemiringan dari pemetaan ini pada pengamatan pertama adalah 3400 dan pada sisi kedua 3200.

Gambar 1. Posisi Waduk Faperika


4.2 Pembahasan

Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifikasikan lebih lanjut dan bergantung pada spesifikasi parameter yang digunakan maka dikenal beberapa jenis sistem koordinat. Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem koordinat ini dapat dilihat di (Krakiwsky Dan Well, 1994). Suatu penspesifikasian sistem koordinat dibagi dalam tiga pengklasifikasian berdasarkan parameternya yaitu : Lokasi titik 0, geosentrik (dipusat bumi), toposentrik (dipermukaan bumi), Lokasi titik 0, terikat bumi (Earth fixed), terikat langit (Space fixed), Lokasi titik 0, jarak (kartesean X, Y, Z), geodetis (q, h).

Perairan waduk adalah badan air yang terbentuk karena pembendungan aliran air sungai oleh manusia. Kehadiran suatu waduk akan mengubah ekosistem daratan menjadi perairan yang akibatnya akan merubah tatanan sosial ekonomi dan budaya yang telah ada. Waduk dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar, stasiun penelitian, unit pembinaan perikanan dan perairan umum (UPPU) dan objek wisata (Asmawi, 1986).

Abidin (2000), posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tiga dimensi0 yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan denga menspesifikasi tiga parameter berikut, yaitu : Lokasi titik nol dari sistem koordinat, Orientasi dari sistem koordinat, dan Besaran (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.

Menurut Welch, P. S (1952) faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika suatu perairan/waduk yaitu di antaranya pH perairan, suhu, kecerahan suatu perairan, O2 terlarut dari suatu perairan, dan CO2 bebas yang terdapat pada perairan darat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Maka Dari praktikum yang dapat di simpulkan bahwa setiap perairan terdapat perkembangan yang dinamis sehingga suatu spesies dapat lebih dominan dari pada yang lain pada interval yang relatif pendek sepanjang tahun. Spesies yang dominan pada suatu bulan sering kali menjadi spesies yang langka pada bulan berikutnya digantikan oleh spesies yang lebih dominan. Serta bentuk waduk yang berbentuk lingkaran yang tidak teratur atau tidak terlalu bulat karena adanya cekungan-cekungan pada bulatan.

5.2 Saran

Maka Dalam pelaksanaan praktikum semestinya praktikan memperhatikan penjelasan dengan seksama agar praktikum berjalan dengan baik. Dan juga diharapkan agar asisten dapat bersikap lebih tegas terhadap pratikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. Z. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Padya Paramita. Jakarta.

Edge, P and P, Misra. 1999. “Scanning The Issue/Technology Special Issue on Global Positioning System” proceeding of the IEEE, volume 87, NO 1. January. Pp 1-17.

Hadiwigeno, 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan. Departemen perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertania. Jakarta, 80 hal.

Jorgensen, S. E. 1980. Lake Management. Pergamon Press. Oxford. 167 p.

Koesoebiono, 1997. Dasar-Dasar Ekologi Umu. Bagian V (Ekologi Perairan). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 58 hal.

Krakiwsky, E. J. 1994. “Smart Vehicles : Innovations In Vehicle Tracking and Navigation” GPS Word, Volume 5, NO 2, February, pp42-46.

Presiden RI, 1991. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No 35 Tahun 1991 tentang sungai. Sekretaris Negara RI. Jakarta, 14 hal.

Rawi, S. 1993. Survey dan Pemetaan wilayah Pantai. Dinas Hidro Oseanografi, MABES TNI AL. Jakarta, disampaikan dalam seminar Teknik Pantai LPTP-BPP Teknologi bekerjasama dengan JICA. Yogyakarta. 10 hal.

Rockville, Md. 1996. “Geodetic Glossary”. National Geodetic Survey.

Siagian, M. 1997. Diktat Kuliah Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru, 57 hal.

Sihotang, C. 1988. Limnologi I. Diktat Perkuliahan Mata Kuliah Limnologi I. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 60 hal (tidak diterbitkan).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang ”Pemetaan dan Morfometrik Perairan Lentik” ini sesuai dengan waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen dan para asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama praktikum serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari kekurangan di dalam penulisan dan penyusunannya. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritikan dan saran yang membangun menuju perbaikan ke arah kemajuan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan laporan selanjutnya.

Pekanbaru, Nov 2006

Pratikan

DAFTAR ISI

ii

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii

DAFTAR TABEL....................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Tujuan ...................................................................................... 2

1.3 Manfaat..................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3

III. BAHAN DAN METODE.............................................................. 5

3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 5

3.2. Bahan dan Alat.......................................................................... 5

3.3. Metode Pratikum....................................................................... 5

3.4. Prosedur pratikum..................................................................... 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 7

4.1. Hasil.......................................................................................... 7

4.2. Pembahasan ............................................................................. 8

V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 9

5.1. Kesimpulan............................................................................... 9

5.2. Saran ...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

iii

Halaman

1. Posisi Waduk Faperika ............................................................................. 9


DAFTAR LAMPIRAN

v

Halaman

1. Alat-alat yang digunakan............................................................................ 12


DAFTAR TABEL

iv


Halaman

1. Hasil Pengamatan dalam Praktikum Limnologi............................................. 7



LAMPIRAN


LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI


PEMETAAN DAN MORFOMETRIK

PERAIRAN LENTIK

OLEH :

S I L F I A

0504110957

LABORATORIUM LIMNOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2006