Rabu, 24 Juni 2009

BAHAN BAKU PERIKANAN (BBI)

I. PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang

Bahan baku hasil perikanan adalah bahan atau hasil-hasil perikanan yang dapat dijadikan sumber bahan baku yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri hasil perikanan. Perairan umum Indonesia yang meliputi dua pertiga wilayah tanah air Indonesia memiliki Potensi sumber daya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya dapat dikelola. Mengingat sangat mendesaknya kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari ikan, maka sudah seharusnya memanfaatkan sumber-sumber hayati perairan yang ada dan dimanfaatkan semaksimal mungkin karena akan dapat menunjang perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan dan perbaiakan gizi masayarakat. Keadaan ini sejalan dengan pertambahan penduduk serta kondisi geografis Indonesia yang mutlak memerlukan pelaksanaan peningkatan dalam bidang perikanan.
Usaha perikanan yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara usaha perikanan darat dan perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein yang paling murah dibanding dengan sumber protein yang lainnya seperti telur, susu dan daging (Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 1996/1997).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (Yuniarti, 2000).
Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (Evy, Mujianti Dan Sujono, 2001).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lautan yang sangat luas sehingga memiliki kekayaan alam yang cukup banyak. Salah satu kekayaan yang ada di perairan indonesia itu adakah kerang darah. Hal ini disebabkan karena kondisi perairan indonesia banyak mempunyai dasar lumpur (Moeljanto dan heruwati, 1995).
Beberapa jenis karang- kerangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan bayak digemari masyarakat diantaranya adalah kerang darah, kerang buluh dan kerang kelagik. Pada tahun 1989 produksi kerang darah di Riau baru mencapai 5.871,7 ton, sedangkan pada tahun 1993 sudah mencapai 10.544,1 ton. Ini berarti terjadi peningkatan produksi kerang darah pertahun sebesar 16,6 % (D.P.P.R. 1994)
Menurut Moeljanto (1979) limbah perikanan adalah ikan yang terbuang tercecer dan sisa olahan yang pada suatu saat tertentu belum dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Limbah perikanan selalu terjadi dalam proses penangkapan, penanganan, pengangkutan, pengolahan dan distribusi serta pemasaran ikan. Limbah perikanan dikelompokkan berdasarkan jenisnya ada 4 yaityu : hasil sampingan berupa ikan mentah utuh yang merupakan hasil dari usaha penangkapan, limbah pengolahan yang terdiri atas kepala, isi perut, kulit, tulang, sirip dan lain-lain, limbah surplus berupa ikan utuh, limbah industri berupa ikan utuh potongan atau hancuran sisa pengolahan dan pemasaran (Winarno,1997). Dalam Industri pengolahan perikanan limbah yang paling utama antara lain kepala, bagian isi perut, ekor, sirip, tulang, dan lain-lain yang biasa di buang pada pembuatan illet ikan.
Banyak metoda telah dilakukan manusia untuk mengolah berbagai bahan hasil perikanan menjadi produk yang berasal dari limbah perikanan. Berdasarkandari statistik jumlah ikan yang tidak dapat dikonsumsi lagi oleh manusia dapat mencapai lebih dari 500 ton/tahun (Afrianto dan Liviawati, 1984).

1.2. Tujuan dan manfaat
1.2.1.Pasta kerang
Tujuan untuk mengetahui pembuatan pasta kerang dengan memanfaatkan limbah cangkang kerang dara sebagai upaya diversifikasi hasil samping pengolahan perikanan menjadi bahan tambahan dalam produk pembuatan odol (pasta gigi).
Manfaatnya adalah mengetahui pemanfaatan limbah pasta kerang untuk bahan baku odol dan dapat membuatnya sendiri.




1.2.2. Gelatin
Tujuan untuk mengetahui pembuatan Gelatin dengan memanfaatkan limbah tulang ikan patin sebagai upaya diversifikasi hasil samping pengolahan perikanan menjadi bahan tambahan dalam produk pangan maupunm non pangan.
Manfaatnya adalah mengetahui cara pembuatan gelatin dengan memanfaatkan limbah tulang ikan.
1.2.3. Fish Protein Concentrate(FPC)
Tujuan untuk mengetahui pembuatan FPC dengan memanfaatkan daging ikan patin sebagai upaya diversifikasi hasil samping pengolahan perikanan menjadi bahan tambahan dalam produk pangan maupunm non pangan.
Manfaatnya adalah mengetahui cara pembuatan FPC dengan memanfaatkan daging ikan.

1.2.4. Kitosan
Tujuan untuk mengetahui pembuatan Kitosan dengan memanfaatkan kulit udang sebagai upaya diversifikasi hasil samping pengolahan perikanan menjadi bahan tambahan dalam produk pangan maupunm non pangan.
Manfaatnya adalah mengetahui bahwa kulit udang dapat dibuat jadi kitosan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti industri kertas dan textile, sebagai koagulan, pensuspensi dan sebagai perekat serta protein sel tunggal.












II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasta kerang

Kerang dara (Anadara granosa) termasukhewan lunak yang hidup pada perairan yang berlumpur. Menurut Boom (1985) klasifikasi kerang darah adalah sebgai berikut :
Phylum : Moluska
Kelas : Bivalva
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Subfamili : Anadarinae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Menurut Moeljanto dan Heruwati (1975), kerang dara merupakan salah satu jenis kerang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan disukai masyarakat. Selanjutnya Ismail (1971) mengatakan kerang darah mempunyain rasa yang guring karena mengandung lemaj dan kadar protein yang tinggi.
Komposisi kimia kerang dara (Anadara granosa) adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33% dan kadar abu 1.84% (Moeljanto dan Heruwati ,1975). Kerang darah yang telah dewasa yang berukuran diameter 4 cm dapat memberikan sumbangan energi sebesar 59 kalori serat mengandung 8 gram protein, 1,1 gram lemak, 3,6 gram karbohidrat, 133mg kalsium, 170 mg phosfor, 300 SI vitamin A dan 0,01 mg vitamin B1 (Karnadi,1991).
Kerang merupakan mahkluk “filter feeder” yang mengakumulasi bahan-bahan yang tersaring di dalam insangnya. Dalam prosesnya bakteri dan mikroorganisme lain yang ada di sekelilingnya dapat terakumulasi dan mencapai jumlah yang membahayakan untuk dikonsumsi (Leslie dan lee,1984).
Budiman (1975) menyatakan bahwa tercatat 20 jenis kerang dari famili Acidae, sedangkan yang dimanfaatkan untuk di ambil dagingnya masih terbatas pada kerang dara (Anadara granosa), kerang bulu (Anadora inflata) dan kerang gelatik (Anadora antiquata).
Pemanfaatan kerang saat ini masih terbatas pada konsumsi, dalam hewan segar atau diawetkan dengan penggaraman dan penyaringan. Pengawetan tersebut bertujuan untuk menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan/mempertahankan muru, menghindari terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan serta penyimpanan(Winaryo dan laksmi,1974).

2.2. Gelatin

Nama gelatin berasal dari bahasa latin “gelare” berarti membuat beku dan merupakan senyawa yang tidak pernah terjadi secara alami. Gelatin adalah hidrokoloid yang berasal dari hewan yang berfungsi untuk menigkatkan kekentalan dan membentuk gel dalam berbagai produk pangan(Bennion dalam Hadi,2006). Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut kolagen jaringan penghubung yang dihidrolisis dengan asam basa(Charley dalam Wiratmaja,2006).
Gelatin sangat kaya dengan asam amino glisin (gly) (hamper sepertiga dari total asam amino), prolin (pro) dan 4-hidroksiprolin (4Hyd). Struktur gelatin yang umumadalah : Ala-Gly-Pro-Arg-gly-Glu-4hyp-Gly-Pro. Satu hal yang perlu dicatat adalah kandungan 4Hyd juga berpengaruh pada kekuatan gelatin. Makin tinggi asam amino ini, kekuatan gel juga lebih baik. Meskipun mayoritas diturunkan dari hewan, gelatin sebenarnya tergolong memiliki nilai biologis yang rendah dan sering juga dianggap protein tidak lengkap. Pasalnya, gelatin kekurangan kandungan triptophan (Trp) yang merupakan salah satu asam amino esensial, serta rendah dalam sistein (Cys) dan tirosan (Tyr) (www.Artikel Iptek:Berit@iptek.com).
Gelatin mempunyai titik leleh 350C, dibawah suhu tubuh manusia. Titik leleh inilah yang membuat gelatin mempunyai karateristik yang unik bila dibandingkan dengan bahan pembentuk gel lainnya seperti pati, alginat, pectin, agar-agar, karaginan tang merupakan senyawa karbohidrat (Gomez dan Montero, 2001). Secara fisik dan kimia, gelatin berwarna kuning cerah atau trnsparan, berbentuk serpihan atau tepung, berbau dan berasa, larut dalam air panas, gliserol, dan asam asetat serta pelarut organik lainnya. Gelatin dapat mengembang dan meyerap air 5-10 kali bobot asalnya(Raharja,2004).
Menurut deMan (1997), gelatin adalah protein larut yang diperoleh dari kolagen tak larut. Gelatin juga didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari jaringan kolagen hewan yang dapat didispersi dalam air dan menunjukkan perubahan sel-gel yang reversible seiring perubahan suhu. Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga perubahan yaitu : 1). Pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai, 2). Pemutusan/pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai, ). Perubahan konfigurasi rantai merupakan satu-satunya perubahan penting untuk mengubah kolagen menjadi gelatin. Kondisi yang dipergunakan selama proses produksi gelatin menentukan sifat-sifatnya.

2.3. Fish Protein Concentrate (FPC).

Fish Protein Concentrate (FPC) mengandung protein sebesar 60-80% dengan persentase atau jumlah yang dapat dicerna oleh ikan 80-95%, serta memiliki kandungan lisin dan methiosin ( asam amino yang jumlah sedikit pada bahan pakan yang berasal dari tumbuhan) yang cukup tinggi (Lovell, 1989).
Tepung ikan mengandung asam amino esensial yang tinggi dengan kandungan lemak berkisar antara 4-20% dan abu berkisar antara 10-23% bergantung dari bahan baku pembuat ikan tersebut ( Halver, 1989).
Protein tepung ikan mengandung 10 macam asam amino esensial yang dibutuhkan olahan dimana umumnya mengandung lysine yang relatif tinggi. Tepung ikan merupakan sumber asam amino lysine dan methionin yang dapat melengkapi kekurangan asam aminotersebut yang sedikit terdapat pada tambahan pakan sumber protein nabati. Adapun kualitas protein tepung ikan terutama ditentukan oleh jumlah dan kualitas asam amino sedangkan komposisi asam amino tepung ikan ditentukan oleh inangnya (lovell, 1989).






2.4. Khitosan

Kitosan adalah suatu selulosa alam yang tersusun dari gugus-gugus glukosa beramin, yang bermuatan berlawanandengan selulosa alam lainnya (yaitu bermuatan positif), dalam bentuk kristal khitosan mempunyai struktur seperti mamtrik berpori yang kompak, sehingga khitosan dapat atau baik digunakan sebagai absorben dan sebagai matriks amobil (Subtijah,2005).
Sumber khitosan adalah kitin, yang merupakan biopolymer yang terdapat dalam eksoskeleton invertebrate dan polisakarida terbesar kedua setelah selulosa. Khitosan merupakan seyawa golongan karbohidrat yang dihasilkan dari limbah hasil laut khususnya golongan udang, kepiting, ketam, dan kerang(Angka dan Suhartono,2000).
Khitosan merupakan produk deasetilasi khitin adalah polimer glukosamin yang larut dalam asam tetapi tidak larut asam sulfat pada suhu kamar, juga tidak larut dalam pelarut organik, tetapi larut baik dalam poliol dengan suasana asam. Pelarut khitosan yang baik adalah asam format dengan konsentrasi 0,2 sampai 100%, namun demikian khitosan sering dipakai dengan dilarutkan terlebih dahulu pada asam asetat(Filter dan Wiring, 1997).
Khitosan mempunyai sifat mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun, mempunyai berat molekul yang tinggi, tidak larit pada pH 6,5(Potan Laboratories, 1997). Berat molekul rata-rata 120.000 (Mujarelli).











III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat

3.1.1. Pasta Kerang
Praktikum Bahan Baku Hasil Perikanan tentang Pasta Kerang dilaksanakan pada hari Senin tanggal ..November 2008 dari pukul 13.00-15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.1.2. Gelatin
Praktikum Bahan Baku Hasil Perikanan tentang Gelatin dilaksanakan pada hari Senin tanggal ..November 2008 dari pukul 13.00-15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.1.3. Fish Protein Concentrate (FPC)
Praktikum Bahan Baku Hasil Perikanan tentang Fish Protein Concentrate (FPC) dilaksanakan pada hari Senin tanggal ..Desember 2008 dari pukul 13.00-15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.1.4. Khitosan
Praktikum Bahan Baku Hasil Perikanan tentang Kitosan dilaksanakan pada hari Senin tanggal ..Desember 2008 dari pukul 13.00-15.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Pasta Kerang
Bahan yang digunakan selama praktikum mengenai Pasta Kerang adalah Cangkang Kerang Dara dan Tempurung. Alat-alat yang dipergunakan selama praktikum berlangsung adalah gilingan, saringan, serbet, timbangan, dan sikat pembersih.
3.2.2. Gelatin
Bahan yang digunakan selama praktikum mengenai Gelatin terdiri dari bahan baku yaitu limbah tulang ikan patin dan bahan kimia yaitu asam klorida (HCL) pekat dan Aquades . Alat-alat yang dipergunakan selama praktikum berlangsung adalah Kompor, pisau, panci, pan aluminium, blender, toples kaca ukuran besar, pengaduk dan sikat pembersih.
3.2.3. Fish Protein Concentrate (FPC)
Bahan yang digunakan selama praktikum mengenai Fish Protein Concentrate (FPC) adalah daging ikan patin . Alat-alat yang dipergunakan selama praktikum berlangsung adalah pisau,oven, blender, kain saring.
3.2.4. Khitosan
Bahan yang digunakan selama praktikum mengenai Kitosan adalah kulit Udang.. Alat-alat yang dipergunakan selama praktikum berlangsung adalah blencer, saringan, Asam Klorida (HCL) 1 N 1:7, Natrium Hidroksida (NaOH) 3,5 % 1:20 dan Natrium Hidroksida (NaOH) 50% 1:20.

3.3. Metode Praktikum

Metode Praktikum yang di gunakan adalah metode pengamatan langsung, di mana bahan baku yang sudah tersedia langsung di lakukan pengolahan demi mendapatkan hasil yang di inginkan di bantu dengan asisten.

3.4. Prosedur praktikum

3.4.1. Pasta Kerang
Prosedur yang harus dilakukan oleh praktikum adalah sebagai berikut :
- Praktikum mempersiapkan sejumlah cangkang kerang dara
- Cangkang kerang dara kemudian dicuci dan dikeringkan
- Dibakar dengan menggunakan bara dari tempurung.
- Setelah itu digiling hingga halus, kemudian disaring dan jadi pasta kerang
3.4.2. Gelatin.
Prosedur yang harus dilakukan oleh praktikum adalah sebagai berikut :
- Ambil Tulang ikan Patin dengan cara membersihkan semua kulitnya
- Tulang tersebut dicuci dan dibersihkan
- Direbus pada suhu 800C
- Dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi
- Dipotong-potong ukuran 1-3cm
- Direndan dengan HCL
- Setelah menjadi Ussein selanjutnya di ektraksi dan digiling halus atau di blender hingga halus dan akhirnya menjadi Gelatin.
3.4.3. Fish Protein Concentrate (FPC)
Prosedur yang harus dilakukan oleh praktikum adalah sebagai berikut :
- Sediakan daging ikan patin dan dicuci
- Kemudian digiling dan di pres dengan menggunakan saring/serbet
- Di oven selama 24 jam
- Setelah itu di blender dan akhirnya menjadi FPC
3.4.4. Khitosan
Prosedur yang harus dilakukan oleh praktikum adalah sebagai berikut :
- Sediakan kulit udang
- Dicuci dan dikeringkan
- Penghancuran dengan blencer
- Demineralisasi dengan HCL 1 N 1: 7 pada suhu 900C selam 1 jam
- Penyaringan dan pencucian
- Deproteinasi dengan NaOH 3,5% 1:20 pada suhu 900C selama 1 jam
- Penyaringan dan pencucian
- Deasetilasi dengan NaOH 50% 1:20 pada suhu 1400C selama 3 jam
- Pencucian
- Kemudian dikeringkan dan akhirnya menjadi Khitosan




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Pasta Kerang


Gambar 1.1. Pasta kerang
Setelah diolah cangkang kerang dara tadi menjadi Pasta kerang dengan warna putih keabu-abuan. Pasta kerang ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan obat gigi (odol) karena adanya kandungan kalsium dalam cangkang yang dapat memperkuat gigi.

4.1.2. Gelatin


Gambar 1.2. Gelatin
Tulang ikan patin mengandung kolagen, dan setelah di oven atau di didihkan di dalam air yang dikombinasikan dengan perlakuan asam akan mengalami transformasi menjadi ghelatin.
4.1.3. Fish Frotein Concentrate


Gambar 1.3. Fish Pretein Concentrate

FPC yang dihasilkan dari daging ikan ini mempunyai warna kuning kecoklatan.

4.1.4. Khitosan

















4.2. Pembahasan

4.2.1. Pasta kerang
Anadara granosa adalah spesies dari tiram perahu yang dikenal dengan kerang darah. Kerang ini pertama kali ditemukan disepanjang daerah Indo-Pasifik, Afrika timur, Australia, Austria dan Jepang. Kerang ini tinggal di daerah yang sebagian besar intertidal (sekitas dua meter kedalaman air), biasnya menengelamkan dirinya di pasir atau lumpur. Ukuran dewasa kira-kira 5-6 cm dan lebar 4 5 cm. Kerang darah ini mempunya nilai ekonomis yang tinggi sebagai makanan, dan selama ini terus dibudidayakan. Kerang ini paling baik jika dihidangkan dalam keadaan direbus atau dipanggang. Kerang ini bercangkang ganda banyak ditemukan di wilayah dasar perairan. Pigmen merah di Anadara adalah berasal dari hemoglobin, biasanya dihubungkan dengan penyakit hepatitis, kolera, dan dysenteri. Dimana kerang-kerangan meracuni setelah dikonsumsi, karena sifatnya yang filder, sehingga mampu menyerap segala kotoran dan zat-zat berbaya yang tertinggal di dasar perairan.. kerang darah selain memakan hewan-hewan kecil juga sering ditemukan daging kepiting-kepiting kecil didalam cangkangnya (Pathansali 1966).

4.2.2. Gelatin
Gelatin merupakan suatu jenis protein yang di ektraksi dari serabut kolagen yang terdapat pada kulit, tulang hewan (jaringan pengikat). Menurut Hinterwaldner (1997), terdapat tiga tahap proses pembuatan gelatin. Tahap pertama, tahap persiapan bahan baku antara lain penghilangan kompenen non kolagen dari bahan. Tahap kedua, tahap konversi kolagen menjadi gelatin. Tahap ketiga, tahap pemurnian gelatin dengan penyaringan dan pengeringan. Persiapan dilakukan dengan pencucian pada tulang ikan. Tulang dibersihkan dari sisa-sisa daging dan kotoran lain yang mengandung deposit-dposit lemak yang tinggi. Untuk memudahkan pembersihan maka sebelumnya dilakukan pemanasan dengan air panas selama 25 menit. Proses penghilanga lemak ini disebut degreasing dengan tujuan untuk menghilangkan lemak-lemak yang masih terdapat dalam tulang.

Pada prinsipnya proses pembuata gelatin dapat dibagi menjadi dua yaitu proses asam dan basa. Perbedaan kedua ini terletak pada perendamannya. Berdasarkan kekuatan ikatan kovalen silang protein dan jenis bahan yang diekstrak, maka penerapan jenis asam maupun basa organik dan metode ekstraksi lain nya seperti lama hidrolisis, pH dan suhu akan berbeda-beda.
Gelatin dapat dimanfaatkan dalam industri pangan seperti pembentuk busa, pengikat, penstabil, pembentuk gel, perekat dan pengental sedangkan dalam bidang farmasi dimanfaatkan untuk bahan pembuat kapsul, pengikat tablet, dalam industri kertas gelatin dapat dimanfaatkan sebagai sizing paper.
Penggunan gelatin dalam pengolahan pangan lebih disukai disebabkan oleh sifat fisik dan kimia gelatin yang khas daripada gizinya sebagai protein. Asam amino yang ditemukan pada gelatin tidak lengkap, yaitu tidak terdapat asam-asam amino triptopan (http://www.gelatin.co.za/gltn.html,2008).

4.2.3. Fish Protein Concentrate
Fish Protein Concentrate (FPC) adalah bentuk produk yang dibuat dengan cara memisahkan lemak dan air dari tubuh ikan. FPC merupakan Stable Protein dari ikan yang dimakan untuk konsumsi manusia, dimana kandungan proteinnya lebih dipekatkan dari pada aslinya.
Fish Protein Concentrate (FPC) mengandung asam amino esensial yang tinggi dengan kandungan lemak berkisar antara 4-20% dan abu berkisar antara 10-23% bergantung dari bahan baku pembuat ikan tersebut ( Halver, 1989).










4.2.4. Khitosan
Kitin adalah polimer organik yang terbanyak terdapat didalam selulosa. Kitin banyak ditemukan pada binatang tingkat rendah, terutama pada invertebrata kitin membentuk kerangka luar yang berfungsi sebagai penunjang struktur tubuh dan pelindung dari serangan mangsanya.
Khitosan dapat dihasilkan dari kitin dengan melakukan proses ”deastilasi” (penghilangan gugus asetil). Penghilangan gugus asetil dari kitin dapat dilakukan dengan menambahkan natrium hidroksida dengan konsentrasi 40-50 persen pada kitin. Khitosan dapat diproduksi dengan menambahkan kalium hidroksida pada kitin, kemudian dilakukan pencucian dan penirisan serta penggilingan hingga diperoleh khitosan. Khitosan sedikit lebih stabil terhadap asam.( Halver,.1989).





















V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bahan baku hasil perikanan adalah bahan atau hasil-hasil perikanan yang dapat dijadikan sumber bahan baku yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri hasil perikanan. Jadi limbah canakang kerang dara, tulang ikan patin, rucah ikan dan kulit udang selama ini hanya dibuang oleh masyarakat yang mengkonsumsinya dapat diolah menjadi Pasta kerang, Gelatin, Fish Protein Concentrate dan Khitosan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri pangan, pabrik kertas, farmasi dan produk lainnya.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya limbah perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi jika diolah agar pemanfaatan olahan perikanan dapat ditingkatkan dan kalau bisa peralatan laboratorium THP lebih ditingkatkan demi kemajuan praktikum berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar