Kamis, 18 Juni 2009

BIOPER 4

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ketersediaan air baik secara kuantitatif maupun kualitatif, merupakan persyaratan untuk berlangsungnya kehidupan organisme di perairan. Air merupakan media hidup ikan untuk menjalankan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Dewasa ini telah terjadi penurunan mutu sumber daya air, baik perairan tawar, perairan payau maupun perairan laut. Sebagai contoh adalah penurunan mutu air sungai. Sungai yang dulu berfungsi untuk mengalirkan air dari hulu ke hilir atau menyalurkan air hujan yang jatuh di daratan ke lautan, sekarang berubah fungsi menjadi tempat pembuangan berbagai macam sampah dan bahan pencemar. Sampah dan bahan pencemar yang masuk ke sungai berasal dari limbah yang dihasilkan oleh berbagai jenis industri yang umumnya berlokasi di sepanjang aliran sungai. Limbah ini dapat berasal dari industri pertanian, rumah tangga, dan lain sebagainya (EFFENDIE, 2002).
Salah satu bahan pencemar yang dibuang ke perairan adalah limbah yang berasal dari industri pertanian berupa penggunaan insektisida yang digunakan untuk membasmi hama yang menyerang tanaman pertanian. Limbah ini akhirnya terbawa aliran air dan memasuki perairan umum sebagai bahan pencemar.
Oleh sebab itu untuk melihat pengaruh bahan pencemar yang berasal dari industri pertanian dalam hal ini bahan pencemar round doup terhadap biota perairan khususnya ikan, maka praktikum biologi perikanan mengenai mortalitas ikan ini dilaksanakan.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Pelaksanaan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bahan pencemar yang terkandung dalam detergen yang digunakan sebagai pembersih pakaian yang digunakan manusia, mempengaruhi hidup dan kehidupan biota perairan khususnya ikan. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui konsentrasi bahan pencemar yang dapat menjadi racen bagi ikan dalam skala laboratorium serta bagaiman tingkah laku ikan yang mengalami keracunan bahan perncemar secara visual maupun secara fisiologis.
Dengan mengetahui pengaruh dan konsentrasi bahan pecemar serta ciri-ciri ikan yang terkena bahan pencemar itu sendiri, diharapkan kita dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan bahan-bahan tersebut atau paling tidak sedikit-demi sedikit mulai mengurangi penggunaan bahan-bahan tersebut dalam industri pertanian dengan memberi penyuluhan kepada masyarakat di sekitar kita tentang bahaya penggunaanya serta berusaha untuk memberi solusi bahan isektisida lain yang ramah lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
SAANIN (1984) mengklasifikasikan ikan Nila kedalam kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Percomorphi, subordo Percoidea, famili Cischlidae, genus Oreochromis, species Oreochromis niloticus.
DJARIJAH (1994) mengatakan ciri-ciri umum ikan nila antara lain terdapat garis-garis warna ke arah vertical pada badan dan ekor serta sirip punggung dab sirip dubur. Warna kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau keputih-putihan (albino). Tubuh memanjang dan ramping, sisik berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan, jumlah sirip pada gurat sisi 34 buah. Siri punggung dan sirip perut mempunyai jari-jari lemah dan keras yang tajam seperti duri.
Untuk memudahkan pengenalan ikan, dapat dilihat dengan memperhatikan ciri-ciri yang dimiliki, antara lain : ukuran panjang tubuhnya lebih besar dari tinggi tubuhnya, badannya ditutupi sisik cycloid atau sisik ctenoid. Sirip dubur dan sirip punggung ada yang pendek, ada juga yang panjang. Sirip dada jauh di depan sirip perut pada bagian depan badan, kedua-duanya tumbuh dengan baik. Gurat sisinya sempurna, tidak terpatah-patah, celah insang terletak dibelakang tutup insang. Mulutnya terletak di ujung depan kepala atau agak ke bawah. (LAGLER, et al., 1977; WEBER dan DE BEAUFORT, 1965).

2.2. Pengaruh Bahan Pencemar Terhadap Mortalitas Ikan
Pencemaran didefenisikan sebagai dampak negatif (pengaruh yang membahayakan) bagi kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem, serta kesehatan manusia, dan nilai guna lainnya dari ekosistem, baik disebabkan secara langsung maupun secara tidak langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia. (DAHURI, 2002)
Menurut PALING (1971), sebagian besar bahan pencemar yang ditemukan di perairan berasal dari kegiatan manusia. Pada umumnya bahan pencemar tersebut berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga.
Salah satu sumber bahan pencemar yang berasal dari limbah pertanian adalah DDT yang terkandung dalam Roundoup. Secara umum dampak negatif dari pemakaian pestisida maupun insektisida sintesis adalah : 1) pencemaran air dan tanah yang akhirnya akan kembali lagi kepada manusia dan makhluk hidup lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida sintesis, residunya dapat bertahan di tanah dan air hingga puluhan tahun; 2) matinya musuh alami dari organisme pengganggu tanaman (OPT); 3) kemungkinan terjadinya serangan hama sekunder; 4) kematian organisme yang menguntungkan, seperti lebah yang sangat berperan dalam penyerbukan bunga; 5) timbulnya kekebalan OPT terhadap pestisida sintesis. (NOVIZAN, 2002)






III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan mengenai mortalitas ikan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2005. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah lima ekor ikan Nila (Oreochromis niloticus). Untuk bahan pencemar yang diujikan adalah detergen. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah dua buah akuarium sebagai tempat ikan uji dan ikan kontrol serta alat-alat tulis yang digunakan sebagai tempat mencatat seluruh hasil pengamatan.

3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum mortalitas ikan ini adalah dengan pengamatan (observasi) langsung terhadap objek yang akan dipraktikumkan.

3.4. Prosedur Praktikum
Prosedur yang dilaksanakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut dua buah akuarium yang telah disediakan yang berukuran 60 x 30 x 30 diisi dengan air sebanyak 20 liter. Setelah terisi, air dibiarkan selama ± 10 menit. Setelah itu masukkan 3 ekor ikan ke dalam salah satu akuarium, ikan ini merupakan ikan uji. Sedangkan untuk yang dua ekor lagi masukkan dijadikan kontrol normal yang tidak diberi perlakuan insektisida.
Setelah itu, ikan diaklimatisasi selama ± 15 menit, selama proses aklimatisasi catat tingkah laku ikan baik ikan uji maupun ikan kontrol mulai dari gerakan, jumlah bukaan mulut dan tutup insang dan gerakan sirip. Setelah 15 menit pertama, masukkan 20 gr detergen ke dalam akuarium ikan uji, amati tingkah lakunya seperti 15 pertama.
Kemudian setelah 15 menit, ambil satu ikan uji bedah dan amati warna isang serta jantungnya. Selanjutnya masukkan lagi 20 gr detergen pada ikan uji amati selama 15 menit, setelah 15 menit ambil ikan untuk dibedah. Perlakuan tersebut terus diulang sampai semua ikan yang ada dalam akuarium mati.
Catat berapa gr detergen yang digunakan sampai ikan yang terakhir mati dan hitung juga konsentrasinya, serta catat waktu kematian masing-masing ikan uji. Setelah semua selesai diamati bersihkan semua alat-alat yang digunakan selama praktikum. Kemudian buat laporan dalam bentuk paper yang akan dikumpulkan sebagai syarat untuk mengikuti praktikum minggu berikutnya.








IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Deskripsi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
SAANIN (1984) mengklasifikasikan ikan Nila kedalam kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Percomorphi, subordo Percoidea, famili Cischlidae, genus Oreochromis, species Oreochromis niloticus.
Ciri-ciri umum ikan nila seperti adanya garis-garis warna ke arah vertical pada badan dan ekor serta sirip punggung dab sirip dubur. Warna kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau keputih-putihan (albino). Tubuh memanjang dan ramping, sisik berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan, jumlah sirip pada gurat sisi 34 buah. Siri punggung dan sirip perut mempunyai jari-jari lemah dan keras yang tajam seperti duri (DJARIJAH, 1994)
Adapun gambar ikan Nila (Oreochromis niloticus) ini secara morfologi sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini



Gambar 1. Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
4.1.2. Perhitungan Volume Air Aquarium.
V = p x l x t
20 = 60 x 30 x t
20.000 = 1800 t
t =
t = 11,1 cm
Dimana: V = Volume air (liter)
p = Panjang aquarium (cm)
l = Lebar aquarium (cm)
t = Tinggi Air (cm)

4.1.3. Reaksi Ikan Terhadap Zat Pencemar
Setelah dilakukan proses pengamatan selama lima belas menit, ikan uji diberi perlakuan berupa pemberian detergen sebanyak 20 gr setiap 15 menit, kemudian diamati bukaan mulut, bukaan operculum serta tingkah laku ikan.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Reaksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terhadap bahan pencemar detergen.

Waktu Bukaan Mulut Bukaan Operculum Detak
Jantung Pergerakan Ikan

Ikan
Uji 1

15 menit
30 menit
45 menit


Ikan
Uji 2
15 menit
30 menit
45 menit



Insang pada ikan kontrol terlihat berwarna merah, sedangkan ikan uji 1 yang sudah tercemar insang berwarna sedikit lebih gelap. Begitu juga dengan ikan uji 2 yang berada 15 menit lebih lama dari ikan uji 1, warna insang lebih merah hati sampai pada ikan uji 3, insang berwarna merah hati dan warna tubuh ikan secara keseluruhan menjadi lebih pucat.

4.2. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan sebelumnya untuk melihat gejala yang timbul akibat pencemaran yang terjadi di suatu perairan digunakan sampel dimana bahan pencemar yang dipilih yaitu detergen sebanyak 60 gr dalam jangka waktu 45 menit sehingga dapat dilihat dengan jelas gejala – gejala yang timbul baik berupa gerakan ikan maupun gejala yang timbul pada permukaan tubuh ikan.
Pada ikan sample yang digunakan termasuk ikan yang tidak begitu kuat pertahanan tubuhnya karena tepat pada 45 menit terakhir ikan itu mati dan pada permukaan tubuhnya banyak terdapat lendir – lendir..
Dari hasil di atas ternyata ikan yang hidup pada suatu perairan ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan sekitarnya. Apabila lingkungan sekitar perairan tersebut tidak tercemar maka ikan yang hidup pada perairan tersebut akan berkembang dan tumbuh, namun sebaliknya apabila lingkungan perairan tersebut tercemar baik itu melalui industri dan bahan-bahan lainnya yang berasal dari rumah tangga seperti deterjan dan sebagainya maka ikan yang hidup pada perairan tersebut akan cepat mengalami kepunahan.
(MOYLE dan CECH, 1988) .kepunahan populasi ikan yang hidup di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kepunahan dapat terjadi apabila kematian secara masal berkelanjutan sepanjang tahun dan dari tahun ke tahun. Factor yang mendorong suatu populasi ikan cepat mengalami kepunahan antara lain :
 Perburuan/penangkapan yang dilakukan berkelanjutan terhadap populasi ikan yang sedang melakukan ruaya pemijahan. Sehingga tidak bisa meneruskan regenerasi berikutnya.
 Perburuan / penangkapan yang terus berkelanjutan pada jenis – jenis ikan tertentu yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasaran.
 Pencemaran yang berkelanjutan pada lingkungan peraiaran yang tertutup
 Perusakan lingkungan habitat tertentu seperti penimbunan atau pengeringan perairan rawa – rawa, pengeboran habitat karang dan penimbunan perairan danau-danau berukuran kecil.
 Penangkapan ikan yang berkelanjutan dengan menggunakan tuba atau putas pada lingkungan perairan yang tertutup dan terbatas.








V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Ikan yang hidup pada suatu perairan ditentukan dengan faktor-faktor lingkungan sekitarnya. Apabila linkungan sekitar perairan tersebut tidak tercemar maka ikan yang hidup pada perairan tersebut akan berkembang dan tumbuh, namun sebaliknya apabila lingkungan perairan tersebut tercemar baik itu melalui industri dan bahan-bahan lainnya yang berasal dari rumah tangga seperti deterjan dan sebagainya maka ikan yang hidup pada perairan tersebut akan cepat mengalami kepunahan.
Ikan – ikan yang habitatnya terkena pencemaran akan mengalami kematian dengan memperlihatkan gejala – gejala yang ditimbulkannya seperti pergerakan ikan yang lambat ataupun hanya diam di dasar perairan dan terkadang bergerak sangat lincah dan pada permukaan tubuhnya banyak terdapat lendir. Mortalitas ikan sangat ditentukan oleh beberapa faktor misalnya suhu, makanan, letak lintang dan umur ikan tersebut

5.2. Saran
Didalam praktikum tingkat mortalitas ini diharapkan harap semua pratikan dan asissten melakukan praktikum ini dengan sungguh-sungguh karena praktikum ini sangat penting sekali untuk mentukan mortalitas ikan pada ikan, sebab dari praktikum ini lah kita tahu apa sebenarnya yang dikatakan dengan mortalitas ikan.










DAFTAR PUSTAKA


DAHURI, R. 2002. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
DJRIAJAH. 1994. Biologi Ikan. Pusat Penelitian Kaswasan Pantai dan Perairan. Universitas Riau. Pekanbaru. 155 hal

EFFENDIE, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

LAGLER, K. F., J. E. BARDECH, R. R. PILLER, D. R. PASSINO. 1965. Ichthyologi. John Wiley and Sons, Inc. New York. 506 p.

MOYLE, P.B and J.J. CECH, 1988. Fisher and Introduction to Ichthyology,2 nd edition .Prentice Hall, Englewood Cliffs, new jersey.559 p

NOVIZAN. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

PALING. J.E. 1971. Causes of Mortality. In Metode for Assessment of Fish Production in Freshwater. ED. W. E. RICKER. IPB Handbook No. 3 Blackwell Scientific Publication. Oxford. 226-235.

SAANIN, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 & 2. Bina Cipta. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar